MEMORI DAN WARNA Khas Gabrielle
Memori dan Warna
Khas Gabrielle
Oleh: Edo Pop, Perupa dan Penggiat GugumTapa yang tinggal di Jogja.
____________
Perupa perempuan berdarah Italia, Gabrielle Maria Anna Dall’amico, lahir (1999) dan tumbuh besar di Kulon Progo, menggelar pameran tunggal seni rupa di Soboman Art Space dengan bertajuk “Memory, Journey, and Colour” dan dikuratori oleh Arami Kasih. Pameran tersebut berlangsung dari tanggal 10 Mei hingga 20 Mei 2024 berlokasi di Jl. IKIP PGRI Sono Sewu Baru No.219, Sanggrahan, Ngestiharjo, Kec. Kasihan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta 55184.
Dalam pameran ini, Gabrielle atau yang biasa dipanggil sapaan dengan si Bule oleh kawan-kawannya karena berdarah lintas negara, menampilkan sejumlah karya lukis dan karya dalam bentuk seni Instalasi yang masing-masing dari karya tersebut mempunyai keunikan dan maknanya tersendiri. Secara keseluruhan, wujud karya- karya yang di hadirkan oleh Gabrielle merupakan caranya berujar melalui ekspresi seni pada diri sendiri dengan cara bermain-main terhadap asosiasi bentuk hingga pada interpretasi makna warna. Hadirnya modus operandi tersebut untuk memberikan dukungan bagi gagasannya, serta desakan kreatif dan keinginan emosi kerterpesonaan estetik terhadap sebuah episode segala sesuatu pendapat pada sebuah warna merah. Bahkan pilihan pada warna menjadi dorongan kreatif sebagai cara membebaskan gairah rasa kepuasan alami dari hatinya dalam daya penciptaan.
Si Bule atau Gabrielle menjelaskan bahwa untuk karya-karya yang ditampilkan dalam pameran ini berdasarkan dari hasil buah kegelisahan pikirannya dan perubahan pola pikir, yang diangkat dari kesenangan berbagai latar belakang seperti berkaitan dengan emosional tentang kenangan yang menghadirkan energi "feminim" pada dirinya sendiri melalui pilihan warna kesukaan yang kemudian dituangkan dalam bentuk karya.
Melalui proses kreatif, ia ingin merasakan dirinya benar-benar terintergrasi bagi pemenuhan emosional atas keinginan yang ada didalam dirinya ketika bermain warna monokrom. Sensitivitas estetik yang bertujuan memperkuat dan mengembangkan kemampuan refleksi diri dalam memproses pengalaman sentimental bagi keinginan yang di berikan oleh napas kehidupan. Seperti sesuatu yang mendasari semua pemikiran dan perasaan sensitivitas estetik yang bisa mengubah warna menjadi bentuk. Merah sebagai pilihan motif warna dan gelap yang membawah implikasi-implikasi aktivitas imajinasi yang memberikan suatu gambaran bentuk seni yang lembut dan kontemplatif.
Sementara kurator pameran tunggal Gabrielle “Memory, Journey, and Colour”, Arami Kasih, mengungkapkan bahwa pameran tersebut, menghadirkan karya-karya Gabrielle yang mencerminkan femininitas, cinta kasih, dan kelembutan. Di sisi lain, goresan dan tumpahan cat yang ekspresif menjadi simbol dari dinamika emosi dan perjalanan spiritual yang melandasi proses kreatifnya. Menurutnya, dengan demikian kombinasi warna ini membawa sebuah harmoni energi yang menggambarkan kekuatan penyembuhan, kelembutan, dan pemahaman dalam konteks spiritual; sementara goresan dan tumpahan cat dapat memperkaya pengalaman visual baik bagi seniman, maupun penontonnya, pungkasnya pada teks kuratorial pameran tersebut.
Tajuk pameran Memory, Journey, and Colour”, dalam konteks visual merupakan penampakan gagasan yang lebih banyak mengekspos memori yang menjadi dasar pertumbuhan dan pemahaman diri tentang ingatan masa kecil, kerinduan, pencarian makna, dan ekspresi subyektif yang mendalam pada warna kesukaannya. Sehingga dapat membangkit inspirasi dan menyentuh hati dalam setiap berkarya.
Demikian pun kurator Arami Kasih menjelaskan tajuk yang dirancang untuk menyampaikan pesan: "Gabrielle memperluas wawasan visual dengan konkretisasi ingatan pribadi; persembahan perjalanan emosional; berikut warna dan pencapaian spiritualnya", dikutip dari tulisan di dalam katalog pameran. Kenyataan tersebut menarik perhatian si Bule atau Gabrielle dalam meretas persoalan pengalaman personal sebagai catatan instingtif perasaan yang cukup intrinsik termaktub dalam tajuk pameran “Memory, Journey, and Colour”.
(Glitch Of Memory, AOC, 60x80 cm, 2024 /Karya Gabrielle)
Menapaki aktivitas artistik semacam ini, Gabrielle bisa memahami perasaan diri yang mengisyaratkan adanya suatu eksistensi diri, bukan mengandung cermin penderitaan diri. Aktivitas artistik yang berperan sebagai pipa saluran dan katup ekspresi atas berbagai emosi maupun gagasan, serta nostalgia akan kerinduan, dan afektif terhadap kebahagiaan yang mampu menyenangkan hatinya dalam berkarya. Tampak jelas termanifestasi pada karya-karya yang dipamerkan, mencakup gagasan-gagasan tentang batas atau ambang dari keinginan, pemikiran dan emosi untuk hal yang paling mendasar dalam memperoleh kembali sesuatu perasaan yang hilang di sisi suka cita kehidupannya.
Dalam artian, proses kreatif Gabrielle memiliki representasi-representasi gagasan terhadap perasaan tentang kenangan yang dirindukan. Serupa itu, kenangan bagian dari kesenangan berharga pada sebuah kerinduan yang sangat mendalam dan memiliki arti penting bagi perasaan terhadap kehidupan emosional, khususnya yang berhubungan dengan keluarga.
Seperti hal ihwal kenangan berkaitan dengan teka-teki perasaan di dunia batin tentang identitas dirinya. Atau bahkan perasaan tentang pesona warna benda-benda yang dianggap penting dan bermakna di sepanjang kehidupan dan kesehariannya. Boleh jadi, dalam pada tataran tertentu, kesadaran pada warna benda terdapat hubungan abadi dengan sosok seorang ayah yang selalu dirindukan sebagai obyek cinta awal yang ideal yang tidak pernah terpenuhi. Yang dimana Gabrielle pada umur tiga tahunan, sudah ditinggal ayahnya yang berkebangsaan Italia yang hidup menetap jauh keberadaannya. Ia sering bermain sendiri, jarang terdapat interaksi intim dengan seorang teman, karena sebagai anak tunggal tanpa saudara kandung meskipun mendapatkan seluruh sumber daya sosial, emosional, dan materi yang disediakan oleh orangtuanya, Gabrielle sering merasakan sebuah kesepian. Ia hanya tinggal bersama ibu dan neneknya tanpa kakek atau seorang pamannya sebagai pengganti sosok ayah yang bisa menjadi teladan baginya.
Satu-satunya teman adalah boneka mainan yang berkarakter maskulinitas yang serba berwarna merah. Seperti boneka "Action Figure Avengers" atau boneka-boneka dari karakter film Super Hero komik Marvel yang "Macho" seperti Ironman, Spiderman atau sejenisnya. Membayangkan seolah boneka mainan tersebut menjadi "Teman Imajiner" yang mampu menjadi hidup sebagai pengganti figur sesosok ayah sebagai teman berceritanya yang bisa membantu meringankan kesepian dalam menemaninya di aktivitas sehari-hari.
Sekiranya dapat dipahami, setiap sapuan kuas Gabrielle yang lembut pada citra warna merah, jejak guratan dan tumpukan warna yang lebih dominan menonjolkan warna-warni yang monokrom atau perpaduan warna terang dan gelap saling tindih-menindih yang menjadi bagian elemen artistik yang hampir mendominasi setiap karyanya. Besar kemungkinan warna merah merupakan hasil identifikasi ego atas fragmentasi ekspresi ketidaksadaran melalui warna-warna kesukaan yang membangkitkan insting pengalaman interpersonal pada masa kecilnya. Semacam penanda emosional diri Gabrielle yang dipengaruhi oleh kehidupan masa kecilnya terhadap figur boneka. Sosok boneka yang mengingatkan pada figur ayahnya yang tidak pernah berada di rumah. Serta, kerinduan dari ketiadaan figur ayah yang menelurkan, angan-angan, kesedihan, dan perasaan isolasi akan ditinggalkan yang menghantuinya hingga kini. Gabrielle dengan "Teman Imajiner" terbangun ruang pelarian diri dari kehidupan nyata yang tidak sesuai dengan harapan, baik dilakukan secara sadar atau tidak, menghadirkan "Teman Imajiner" selayaknya individu di dunia fisik yang dijadikan sebagai cara menangani rasa kesepian dari tekanan yang ia alami. Bisa dimengerti cerita ini sebagai cerita tentang nomena dalam menghadapi egonya sendiri. Dapat diperkirakan bahwa ia mempunyai pengalaman merasakan kehilangan dan kerinduan kasih sayang, cinta, kelembutan, perhatian, kemesraan, kehangatan, serta cinta kasih yang juga menjadi salah satu modal kreatif mengalihkan pada dunia penciptaannya.
Melalui tajuk pameran ini, pertalian Gabrielle dan sosok ayahnya mempunyai nilai penting sebagai daya kreatif yang seringkali menjadi katup imaji kondisi suasana batinnya. Sepertinya pada dunia kreatif penguasaan emosional dengan cara pengendalian yang tenang pada setiap gagasan-gagasan adalah rahasianya. Kemudian diendapkan dalam pikiran serta jiwa, diolah dengan warna dan bentuk yang berpotensi menghadirkan kejutan yang menyenangkan. Mengejutkan karena visual karya menggambarkan makna reflektif realitas dunia dalamnya yang sesungguhnya dipahami pada apa yang hadir bagi Gabrielle dalam lukisannya. Setiap gagasan digubah setidaknya berada dalam tendensi pengalaman interpersonal yang menyentuh kesadaran reflektif dengan cara mengungkapkannya secara responsif menjadi kedalaman ruang kontemplatif yang perlu terus dikembangkan.
Dan yang terakhir, selera estetik subjektif maupun gagasan yang relatif kompleks dan sulit dipahami selalu menantang untuk berada pada jalan teguh dalam kreatif. Jalan yang kian hari kian dijauhi oleh banyak seniman. Beranikah ia menelusurinya? Kita tunggu di pameran tunggal selanjutnya.
Informasi Pameran Gabrielle: Memory Journey and Colour: Soboman Art Space • Gabrielle Solo Exhibition
Komentar
Posting Komentar